Tetap Gaul Meskipun Kutu Buku
REMAJA kutu buku. Aih, dengar istilah ini, pasti deh, yang kebayang langsung sosok berkaca mata tebal, bawaannya buku ke sana kemari, dan kalo udah membaca, wah, nggak ngeliat lagi kiri-kanan lagi.
Remaja doyan membaca kayak gitu, sebenarnya masih ada nggak sih di zaman seka*rang ini? Soalnya nih, kalo ada dan mungkin malah banyak remaja yang doyan buku, kan guru nggak lagi repot mendo*rong-dorong siswa supaya gemar membaca ?
"Untuk pandai sekarang kan nggak harus buku, loh. Demen internet aja juga bisa," tukas Dewi Prasetyaningrum, siswi kelas 3 Akuntansi SMKN 1 Godean, Sleman saat ditemui Bernas Remaja di sekolah.
Gimana nggak? Cukup Rp 2.000 aja, kita bisa menjelajah berapa ratus buku dalam hi*tungan detik. Mungkin sampai mata merah-merah, hehehe... Tapi, lanjut Dewi buru-buru, jadi kutu buku pun nggak ada jeleknya kok. Syukur kalo bisa nggabungin kutu buku plus kutu internet, pasti asyik.
"Dua-duanya kan punya kelebihan dan kelemahan ma*sing-masing. Aku sih, juga suka sekali buku, tapi nggak sampai jadi kutu buku," ujar siswi yang mengaku uga gemar membaca itu dengan tersenyum.
Bagi Widyaningsih, rekan satu sekolah Dewi, remaja jadi kutu buku itu sangat perlu untuk mendapatkan tempat di zaman yang makin tajam dan kompetitif ini. Soalnya, nurut dia, dari buku kita bisa dapat banyak hal, semisal kita bisa berkaca diri agar pola pikir kita jadi lebih dewasa, nambah infor*masi dan masih banyak lagi.
"Tergantung dari buku yang kita baca. Baca novel pun bu*kannya nggak berguna, loh," tukas wakil ketua OSIS itu.
Suka membaca buku, emang belum tentu bisa disebut kutu buku. Aduh, jadinya sulit juga ya membedakan antara doyan buku, gemar buku ama kutu buku. Dan bisa jadi, orang agak-agak gimana tuh, jika dicap sebagai kutu buku.
"Aku emang demen sekali buku, terutama buku yang sele*ngekan khas anak muda. Tapi aku nggak separah itu, loh. Aku bukan kutu buku !" tukas Fajar Arianto, Ketua OSIS SMAN 1 Jogja itu buru-buru.
Meski nggak suka dicap sebagai kutu buku, tapi Fajar tetap meman*dang kutu buku itu positif aja, terutama bagi siswa pelajar. Buku, bagi dia emang sangat relevan sebagai media pencerda*san, meski sekarang banyak media lainnya.
"Bagaimanapun juga, buku tetap menjadi sumber informasi yang paling pas. Apalagi sebagai pelajar, yang kita adepin setiap hari kan juga buku," jelas Fajar lebih lanjut.
Jadi kutu buku, ternyata nggak selamanya kuper loh, apalagi kalo sampai dibilang nggak gaul, wah amit-amit. "Bagi aku, remaja kutu buku itu masih sangat relevan, dan nggak harus kok, kutu buku tuh kuper, berkaca mata tebal plus pendiam dan cenderung menye*ndiri," kilah Nana, siswi kelas II Bahasa di SMA Stella Duce 2 Jogja kepada Bernas Remaja.
Bagaimanapun juga, kutu buku itu banyak positifnya kok. Karena itu biar imbang dengan perkembangan di luar, cewek satu ini ngasih pesan: "Jadilah kutu buku yang gaul". Nah, hebat nggak usulnya? Suka buku oke, tapi tetap gaul dan ngikuti perkembangan teknolo*gi, kira-kira gitu deh, saran Nana.
Ternyata yang dinamakan kutu buku itu tingkatannya macam-macam. Malah, ada teman kita dari SMAN 2 Jogja, Reza Zulmy Prihadi, yang men*ggolong-golongkan sosok kutu buku ini menjadi tiga kriteria. Wah, seru nih, muda-muda udah jadid pengamat. Apa aja, tuh?
Pertama, kutu buku berat alias maniak buku. Nah, kutu buku jenis ini nih, yang saking terlalu asyiknya dengan buku, seringkali cuek-cuek aja dan nggak mau tahu dengan ling*kungan sekitarnya. Aduh, repot juga ya, jangan-jangan saking asyiknya baca buku, lupa sang pacar di dekatnya, kali?
Kedua, kutu buku yang ideal. Maksudnya, meski si dia kutu buku, tapi tetap punya perhati*an terhadap lingkungan sekitar*nya. Dengan sifatnya itu dan dengan bacaannya itu, si dia tuh, mampu mengarahkan orang lain dengan ilmu yang dia punyai.
"Yang ketiga, kutu buku latah. Yang seperti ini yang suka niru orang lain aja, biar kelihatan rajin dan pandai," ujar Reza Zulmy.(c11/tim PBSID USD)