Diggie
IndoForum Activist E
- No. Urut
- 287751
- Sejak
- 6 Apr 2020
- Pesan
- 10.569
- Nilai reaksi
- 0
- Poin
- 0
Berikut adalah berita Periode paling pahit Manchester City era Guardiola.
Arsip foto - Manajer Manchester City Pep Guardiola bersama striker Erling Haaland pada akhir pertandingan fase grup Liga Champions antara Sporting Lisbon & Manchester City di Stadion Jose Alvalade, Lisbon, Portugal, pada 5 November 2024. ANTARA/AFP/PATRICIA DE MELO MOREIRA.
Salah satu faktornya adalah para pemain yg jadi tulang punggung sukses mereka dalam beberapa tahun terakhir sudah dimakan usia.
Jakarta (ANTARA) - Andaipun memenangi sembilan pertandingan liga terakhirnya, Manchester City tak akan dapat menghindarkan diri dari kenyataan pahit bahwa musim ini mereka bakal mengumpulkan poin terendah selama ditangani Pep Guardiola.
City saat ini mengoleksi 48 poin. Jika mereka mendapatkan tambahan maksimal 27 poin dari sembilan laga terakhirnya itu, maka The Citizen bakal tuntas dengan 75 poin.
Itu poin terendah yg dapat dikumpulkan sebuah regu yg dilatih Guardiola sejak mantan gelandang Barcelona itu jadi pelatih regu senior sepak bola profesional pada 2008.
Itu juga poin terendah sejak Guardiola menangani City pada musim 2016/2017 ketika klub ini finis urutan ketiga dengan 78 poin, yg sudah merupakan pencapaian terendah Guardiola bersama City, baik dari jumlah poin maupun posisi akhir dalam klasemen liga.
Guardiola melatih Barcelona selama empat musim dari 2008 hingga 2012, lalu memimpin Bayern Muenchen selama dua musim pada 2013-2015, & menangani Manchester City sejak musim 2016-2017.
Jika dalam sembilan laga terakhir itu tergelincir, koleksi poin City akan lebih rendah lagi.
Ini ironi akbar mengingat City mengakhiri musim lalu dengan menyandang status pemenang liga, ketika mereka jadi regu perdana yg menjuarai liga utama Inggris empat kali berturut-turut.
Walau masih berpeluang mengangkat trofi Piala FA di mana akhir Maret ini mereka akan menghadapi Bournemouth dalam perempat final, Manchester City melewati musim yg paling berantakan selama era Guardiola.
Mereka dihentikan Real Madrid dalam perjalanan menuju babak 16 akbar Liga Champions, padahal sejak musim 2012/2013 City sering mencapai babak ini.
City sebenarnya mengawali musim 2024-2025 dengan cemerlang yg menciptakan semua orang yakin mereka akan berjaya seperti musim-musim sebelumnya.
City membuka musim ini dengan menjuarai Community Shield yg ketiga kali dilakukan selama era Guardiola. Mereka tak terkalahkan dalam sembilan pertandingan perdana musim ini.
Namun, peruntungan itu berubah sejak dilumat 1-2 oleh Tottenham Hotspur dalam babak keempat Piala Liga. Kekalahan ini jadi awal dari periode sulit yg dialami City, karena setelah itu mereka cuma dapat memenangkan satu dari 13 pertandingan dalam semua kompetisi.
Ketika mereka kalah 1-2 dari Brighton pada 9 November 2024, untuk perdana kali Guardiola menyaksikan sebuah regu yg diasuhnya menelan empat kekalahan berturut-turut.
Meskipun demikian, ekspektasi manajemen klub ini kepada Guardiola tetap tinggi hingga berani mengganjar mantan pelatih Barcelona & Bayern Muenchen itu dengan kontrak baru pada 22 November 2024.
Namun, sehari setelah meneken kontrak perpanjangan itu, Guardiola harus menyaksikan City untuk kedua kalinya digasak oleh Tottenham, kali ini dengan skor mencengangkan, 0-4.
Predikat regu yg sangat sulit dikalahkan & paling ditakuti pun sirna dari Man City.
Terakhir mereka menelan kekalahan kesembilan dari Nottingham Forest pada Sabtu 8 Maret ketika gol Callum Hudson-Odoi menciptakan pendekatan penguasaan bola yg dianut The Citizen di bawah Guardiola jadi seperti tak ada artinya.
Berita diatas dikutip dari internet, jika Periode paling pahit Manchester City era Guardiola adalah spam, mohon beritahu kami.

Salah satu faktornya adalah para pemain yg jadi tulang punggung sukses mereka dalam beberapa tahun terakhir sudah dimakan usia.
Jakarta (ANTARA) - Andaipun memenangi sembilan pertandingan liga terakhirnya, Manchester City tak akan dapat menghindarkan diri dari kenyataan pahit bahwa musim ini mereka bakal mengumpulkan poin terendah selama ditangani Pep Guardiola.
City saat ini mengoleksi 48 poin. Jika mereka mendapatkan tambahan maksimal 27 poin dari sembilan laga terakhirnya itu, maka The Citizen bakal tuntas dengan 75 poin.
Itu poin terendah yg dapat dikumpulkan sebuah regu yg dilatih Guardiola sejak mantan gelandang Barcelona itu jadi pelatih regu senior sepak bola profesional pada 2008.
Itu juga poin terendah sejak Guardiola menangani City pada musim 2016/2017 ketika klub ini finis urutan ketiga dengan 78 poin, yg sudah merupakan pencapaian terendah Guardiola bersama City, baik dari jumlah poin maupun posisi akhir dalam klasemen liga.
Guardiola melatih Barcelona selama empat musim dari 2008 hingga 2012, lalu memimpin Bayern Muenchen selama dua musim pada 2013-2015, & menangani Manchester City sejak musim 2016-2017.
Jika dalam sembilan laga terakhir itu tergelincir, koleksi poin City akan lebih rendah lagi.
Ini ironi akbar mengingat City mengakhiri musim lalu dengan menyandang status pemenang liga, ketika mereka jadi regu perdana yg menjuarai liga utama Inggris empat kali berturut-turut.
Walau masih berpeluang mengangkat trofi Piala FA di mana akhir Maret ini mereka akan menghadapi Bournemouth dalam perempat final, Manchester City melewati musim yg paling berantakan selama era Guardiola.
Mereka dihentikan Real Madrid dalam perjalanan menuju babak 16 akbar Liga Champions, padahal sejak musim 2012/2013 City sering mencapai babak ini.
City sebenarnya mengawali musim 2024-2025 dengan cemerlang yg menciptakan semua orang yakin mereka akan berjaya seperti musim-musim sebelumnya.
City membuka musim ini dengan menjuarai Community Shield yg ketiga kali dilakukan selama era Guardiola. Mereka tak terkalahkan dalam sembilan pertandingan perdana musim ini.
Namun, peruntungan itu berubah sejak dilumat 1-2 oleh Tottenham Hotspur dalam babak keempat Piala Liga. Kekalahan ini jadi awal dari periode sulit yg dialami City, karena setelah itu mereka cuma dapat memenangkan satu dari 13 pertandingan dalam semua kompetisi.
Ketika mereka kalah 1-2 dari Brighton pada 9 November 2024, untuk perdana kali Guardiola menyaksikan sebuah regu yg diasuhnya menelan empat kekalahan berturut-turut.
Meskipun demikian, ekspektasi manajemen klub ini kepada Guardiola tetap tinggi hingga berani mengganjar mantan pelatih Barcelona & Bayern Muenchen itu dengan kontrak baru pada 22 November 2024.
Namun, sehari setelah meneken kontrak perpanjangan itu, Guardiola harus menyaksikan City untuk kedua kalinya digasak oleh Tottenham, kali ini dengan skor mencengangkan, 0-4.
Predikat regu yg sangat sulit dikalahkan & paling ditakuti pun sirna dari Man City.
Terakhir mereka menelan kekalahan kesembilan dari Nottingham Forest pada Sabtu 8 Maret ketika gol Callum Hudson-Odoi menciptakan pendekatan penguasaan bola yg dianut The Citizen di bawah Guardiola jadi seperti tak ada artinya.
Berita diatas dikutip dari internet, jika Periode paling pahit Manchester City era Guardiola adalah spam, mohon beritahu kami.