
PERINGATAN: Tulisan yang akan Anda baca terbilang panjang. Bersiaplah.
PERNAH bertanya-tanya kenapa wanita berkerudung zaman sekarang lebih ingin memakai istilah hijab ketimbang jilbab?
Di majalah Tempo edisi 19 Agustus 2012 Dian Pelangi, perancang busana muslimah yang boleh jadi ikon bagi para hijabist tanah air saat ini, memberi jawab begini: “Jilbab itu kan hanya kerudung, sedangkan hijab itu busana yang menutup semua aurat.”
Benarkah defenisi itu?
Mengecek ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di lemari buku saya (yang saya miliki Edisi Ketiga, 2005) “hijab” berarti: 1) Dinding yang membatasi sesuatu dengan yang lain; 2) Isi dinding yang membatasi hati manusia dan Alllah; dan 3) Dinding yang membatasi seseorang dari mendapat harta waris (contoh kalimatnya: Anak laki-laki adalah hijab dari saudara sebapak). (KBBI, ed.3, 2005, hal. 401.)
Sedangkan KBBI mengartikan “jilbab” sebagai “kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada.” (KKBI, ed.3, 2005, hal.473.)
Mengacu pada defenisi menurut kamus, tentu hijab dan jilbab yang disebut Dian tak sinkron. KBBI tidak (belum) mengenal istilah hijab sebagai kerudung maupun pakaian yang menutupi tubuh (baca: aurat) wanita muslimah.
Dengan demikian, pengertiannya mesti ditarik lebih jauh, hingga ke kitab suci Al-Quran. Dalam Islam, tata cara berpakaian bagi wanita muslimah memang diatur. Bahkan aturannya tidak lewat aturan yang dibuat manusia, melainkan oleh Tuhan langsung lewat firman-Nya.
Ayat pertama yang mengatur aurat wanita adalah firman Allah di QS. Al Ahzab (33): 53. Di ayat itu ada petikan kalimat begini: “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir (hijab). Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati kamu dan hati mereka.”
Di buku Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah (Lentera Hati, 2004), M. Quraish Shihab menulis, secara bahasa "hijab" berarti “sesuatu yang menghalangi antara dua lainnya.” Shihab melanjutkan, seseorang yang menghalangi orang lain sehingga tidak dapat bertemu disebut hajib. Kata ini juga berarti “penutup.” Tim Departemen Agama yang menyusun Al Quran dan Terjemahannya menerjemahkan kata “hijab” dengan tabir. Dalam perkembangan lebih jauh, tulis Shihab, “wanita yang menutup diri atau seluruh badannya dengan pakaian, dinamai mutahajjibah.”